ISOLASI & IDENTIFIKASI SENYAWA
FLAVONOID DARI BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
Biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dikatakan memiliki
berbagai khasiat antara lain analgesik, antiinflamasi, antihistamin,
antioksidan, antikanker, imunomodulator, antihipertensi, dan antivirus. Khasiat
antioksidan dari biji jinten hitam diduga karena adanya senyawa flavonoid. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid dari biji jinten
hitam (Nigella sativa L.). Pemisahan ekstrak dilakukan dengan metode ekstraksi
cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan air dan terlihat bahawa
flavonoid ada di fraksi air setelah dilakukan kromatografi lapis tipis dengan
pengembang butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4 : 1 : 5. Fraksi
air kemudian dipisahkan dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif hingga
diperoleh isolat NS – 1. Isolat NS – 1 merupakan suatu flavonoid yang berbentuk
serbuk, mempunyai Rf 0,32 dengan pengembang butanol : asam asetat : air (4 : 1
: 5), terlihat berupa tiadak berwarna pada sinar tampak, berwarna biru keunguan
pada sinar UV 254 nm, memberikan fluoresensi berwarna biru terang dengan
penampak bercak AlCl3. Spektrofotometri UV-Vis menunjukkan bahawa isolat NS-1
mempunyai puncak panjang gelombang maksimun pada 271 nm dan 310 nm.
Masalah:
Disini
dijelaskan bahwa Pemisahan ekstrak dilakukan dengan
metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan air dan
terlihat bahawa flavonoid ada di fraksi air setelah dilakukan kromatografi
lapis tipis dengan pengembang butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4
: 1 : 5.
yang menjadi masalahnya adalah mengapa pada proses isolasi ini menggunakan dua metode yaitu ekstraksi cair-cair dan kromatografi lapis tipis, bukan kah hanya menggunakan metode kromatografi lapis tipis sudah terlihat bahwa tanaman ini mengandung senyawa flavonoid ? Apakah dengan menggunakan dua metode tersebut dapat mempengaruhi hasil isolasi tersebut?
yang menjadi masalahnya adalah mengapa pada proses isolasi ini menggunakan dua metode yaitu ekstraksi cair-cair dan kromatografi lapis tipis, bukan kah hanya menggunakan metode kromatografi lapis tipis sudah terlihat bahwa tanaman ini mengandung senyawa flavonoid ? Apakah dengan menggunakan dua metode tersebut dapat mempengaruhi hasil isolasi tersebut?
menurut saya : karena dengan menggunakan 2 metode kita bisa membandingkan metode mana yang memberikan hasil terbaik dalam uji flovonoid tersebut.
BalasHapusmetode tersebut tidak mempengaruhi hasil karena metode tersebut sama-sama mengidentifiksai senyawa, hanya metode tersebut dibedakan dari waktu yang diperlukan dan biaya yg digunakan dan harus mempertimbangkan sifat dari senyawa yang akan di identifikasi.
terima kasih
menurut saya, hampir sama dengan saudari rejeki.. kedua metode ini digunakan hanya untuk membandingkan mana yang memberikan hasil terbaik dalam uji flavonoid ini.
BalasHapusEkstraksi cair-cair (corong pisah) ini digunakan untuk memisahkan komponen kimia diantara pelarut yang tidak dapat saling bercampur. Komponen kimia akan terpisah sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap .Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit .
Sedangkan dengan Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk mengetahui cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya , dan kromatografi ini juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya